Batik Garutan: Warisan Budaya yang Bertahan dan Berinovasi di Era Globalisasi

- Jurnalis

Rabu, 2 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

GARUT BERKABAR – Batik, kain bergambar dengan motif khas, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Indonesia yang dikenal di seluruh dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), batik dibuat dengan teknik menerakan malam pada kain yang kemudian diproses lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejak 2 Oktober 2009, batik secara resmi diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, sebuah penghargaan yang memantapkan posisinya dalam sejarah kebudayaan global.

Tanggal 2 Oktober pun diperingati setiap tahun sebagai Hari Batik Nasional di Indonesia.

Di antara ragam batik dari berbagai daerah, batik garutan memiliki keistimewaan tersendiri. Motif-motif batik garutan mencerminkan nilai-nilai lokal Garut dan telah eksis jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.

Menurut Galeri Baraya Seni Rupa Indonesia (GBSRI), batik garutan semakin populer dengan nama “batik tulis garutan” sejak tahun 1945, dan mencapai puncaknya pada periode 1967 hingga 1985.

Meski menghadapi tantangan globalisasi, batik garutan tetap eksis berkat kerja keras para perajin lokal, salah satunya Euis Sukaesih (67) dari Kampung Batik Paledang, Garut Kota.

Berbekal keterampilan yang diwariskan dari neneknya sejak 1974, Euis tetap semangat melestarikan warisan ini hingga kini.

Baca Juga :  GCF Vol. 2 dan GPBG Tahun 2024: Meriahnya Pesta Kreativitas di Garut

Menurutnya, pembuatan batik memerlukan waktu 1-2 bulan, tergantung pada kompleksitas motif yang dikerjakan. Batiknya dipasarkan melalui keponakan, baik secara offline di toko maupun online melalui media sosial.

“Ngabatik unggal dinten (membatik setiap hari), anak-anak saya juga bisa membatik, ini warisan turun-temurun dari nenek hingga ke anak, cucu, dan cicit,” ujar Euis.

Selain Euis, Kristi Jesica (37), pemilik usaha Batik KJ Indonesia, juga berperan aktif dalam melestarikan batik garutan.

Kristi mengungkapkan bahwa sejak dibukanya Kampung Batik Paledang, penjualan batik semakin meningkat, terutama karena banyaknya pengunjung dari berbagai daerah dan luar negeri.

Ia juga memperluas varian produk seperti syal dan hiasan dinding, serta merencanakan produk ready to wear di masa depan.

Namun, Kristi mengakui tantangan regenerasi perajin batik. Generasi muda cenderung memilih pekerjaan yang lebih instan, sedangkan proses membatik membutuhkan ketekunan.

Untuk mengatasi hal ini, ia aktif memberikan edukasi kepada anak-anak dan siswa sekolah agar keterampilan membatik tetap hidup.

Kisah serupa datang dari Ria Apriani (42), pemilik brand Batik CeuRia. Ria sering mengikuti pameran nasional dan internasional untuk memperkenalkan batik garutan.

Baca Juga :  Garut Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana di Zona Megathrust, Sekda Instruksikan Camat Bertindak Cepat

Motif dan warna-warna khas seperti biru, kuning, dan cokelat tua selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli. Meski menghadapi tantangan, ia berharap generasi muda mau meneruskan tradisi membatik.

Di sisi lain, pemerintah Kabupaten Garut melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Garut juga mendukung keberlanjutan batik garutan dengan memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada perajin.

Selain itu, diterbitkannya surat edaran yang mewajibkan penggunaan batik garutan setiap hari Jumat oleh pegawai pemerintah diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi dan eksistensi batik ini.

Memperingati Hari Batik Nasional, Kepala Disperindag ESDM Garut, Ridwan Effendi, menyampaikan harapannya agar batik garutan dapat terus berkembang di tengah arus globalisasi dan mendapat tempat di hati masyarakat, khususnya generasi muda.

“Masyarakat Garut harus lebih mencintai dan bangga menggunakan batik garutan,” ujarnya.

Batik garutan, dengan segala tantangan yang dihadapi, tetap bertahan dan terus berinovasi, menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai.

Selamat Hari Batik Nasional. Bangga Berbatik! (Red)

Berita Terkait

Kloter Penutup Jemaah Haji Garut Resmi Diberangkatkan ke Tanah Suci
Generasi Literat: Duta Baca Garut Siap Menyalakan Semangat Membaca di Kalangan Remaja
Pemkab Garut Dukung Peningkatan Literasi Ketenagakerjaan Lewat Forum “Ngopi” Bersama Serikat Pekerja
Musrenbang RPJMD Garut 2025–2029 Digelar, Bupati Tekankan Pentingnya Ketaatan, Inovasi, dan Kolaborasi
Disdik Garut Dorong PAUD Bangun Karakter Lewat Kejujuran dan Integritas
Kolaborasi Multi-Pihak Dorong Penanganan Kekeringan di Desa Sukalaksana Garut
Pasanggiri Jaipong Garut Resmi Dimulai, Disparbud Tegaskan Komitmen Lestarikan Budaya Sunda
Proses Seleksi Direksi PDAM Disorot, KPAD Garut Gugat Transparansi di Hadapan DPRD
Berita ini 17 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 30 Mei 2025 - 18:23 WIB

Kloter Penutup Jemaah Haji Garut Resmi Diberangkatkan ke Tanah Suci

Kamis, 29 Mei 2025 - 09:38 WIB

Generasi Literat: Duta Baca Garut Siap Menyalakan Semangat Membaca di Kalangan Remaja

Kamis, 29 Mei 2025 - 09:28 WIB

Pemkab Garut Dukung Peningkatan Literasi Ketenagakerjaan Lewat Forum “Ngopi” Bersama Serikat Pekerja

Kamis, 29 Mei 2025 - 09:20 WIB

Musrenbang RPJMD Garut 2025–2029 Digelar, Bupati Tekankan Pentingnya Ketaatan, Inovasi, dan Kolaborasi

Selasa, 27 Mei 2025 - 21:05 WIB

Kolaborasi Multi-Pihak Dorong Penanganan Kekeringan di Desa Sukalaksana Garut

Berita Terbaru

Pemerintahan

Kloter Penutup Jemaah Haji Garut Resmi Diberangkatkan ke Tanah Suci

Jumat, 30 Mei 2025 - 18:23 WIB