RSU dr. Slamet Garut menghadapi defisit Rp30 miliar. DPRD Garut mendesak evaluasi menyeluruh agar pelayanan kesehatan masyarakat tetap berjalan optimal. Kamis (4/9/2025).
GARUT BERKABAR, Tarogong Kidul – Rumah Sakit Umum (RSU) dr. Slamet Garut tengah menghadapi persoalan serius berupa defisit anggaran hingga mencapai Rp30 miliar. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan kendala operasional, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan karyawan akibat keterlambatan pembayaran remunerasi.
Isu ini mencuat dalam rapat kerja Komisi IV DPRD Garut bersama Direktur RSU dr. Slamet yang baru, dr. Inge Andriani Heriawan, M.Si., M.K.M., Kamis (4/9/2025). Anggota Komisi IV dari Fraksi Demokrat, Putri Tantia, menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh agar kualitas layanan kesehatan bagi masyarakat tetap terjaga.
Menurutnya, defisit salah satunya dipicu oleh klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang belum sepenuhnya dicairkan. Dari total klaim sekitar Rp17 miliar, baru Rp11 miliar yang berhasil masuk ke kas rumah sakit, sementara sisanya tertahan akibat persoalan administrasi, termasuk kelengkapan tanda tangan dokter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hambatan administrasi membuat klaim BPJS terblokir. Dampaknya jelas, cashflow rumah sakit terganggu, bahkan hak tenaga kesehatan ikut tertunda,” ujar Putri Tantia, Sabtu (6/9/2025).
Selain klaim BPJS, RSU dr. Slamet juga sempat dibebani utang obat senilai Rp8 miliar yang kini sudah diselesaikan. Namun, tekanan keuangan belum mereda karena defisit muncul sebelum adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2025.
Melalui APBD Perubahan, RSU mendapatkan tambahan dana Rp13 miliar, termasuk Rp3 miliar dari pembayaran masa pandemi Covid-19 yang baru dicairkan pada Agustus 2025.
“Dengan tambahan anggaran perubahan, kami berharap masalah defisit bisa berangsur teratasi meski beban keuangan masih berat,” tambah Putri. (red)
Penulis : IHSAN
Editor : Admin
Sumber Berita : Reforter (Ihsan)